I'LL Teach You Marianne

"Hanya boleh aku"



"Hanya boleh aku"

0Noah duduk di taman belakang menjaga Anne yang sedang menikmati pancake dan segelas almond milk hangat, ia masih tak percaya ternyata istri tuan mudanya itu benar-benar sedang kelaparan.     
0

"Pelan-pelan Nona, saya tak akan meminta,"ucap Noah lirih setengah berbisik, seperti permintaan Anne sebelumnya tak ada orang yang boleh tahu kalau saat ini ia sedang makan.     

"Aku lapar sekali Noah,"jawab Anne jujur.     

"Kenapa kemarin anda tidak makan Nona? Memangnya makanan di pesta kemarin tidak sesuai dengan selera anda?"tanya Noah penasaran.     

Anne langsung membatalkan niatnya untuk menggigit pancake yang sudah ada di giginya, perlahan ia meletakan pancake itu diatas piring dan menatap Noah dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Bagaimana aku bisa makan Noah, menikah dengan seorang pria yang sudah merusak masa depanmu adalah mimpi buruk. Dari awal aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini, aku justru ingin melupakannya dan kembali lagi ke tempat asal ku untuk menjalani hidup dengan normal. Meskipun semuanya sudah tidak normal seperti sebelumnya, tapi setidaknya aku bisa terlepas dari monster yang mengerikan itu."     

Noah tak bisa berkata apa-apa mendengar perkataan Anne, ia tak menyangka kalau Anne masih belum menerima pernikahan ini. Meskipun banyak sekali gadis diluar sana yang menginginkan posisinya sekarang, Noah masih mengingat jelas bagaimana cara Cassandra Lim kemarin menatap penuh kemarahan ke arah Anne. Noah tahu persis betapa besar ambisi gadis itu untuk menjadi seorang Nyonya muda dari penerus keluarga Clarke, maka dari itu ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Anne saat ini.      

Anne menyeka tetesan air mata yang mengalir dari sudut mata menggunakan jari telunjuknya, perlahan ia mengangkat wajahnya ke atas menatap langit biru kota Luksemburg penjaga barunya.      

"Aku hanya ingin hidup tenang Noah, aku tidak pernah bercita-cita menjadi orang kaya ataupun memiliki suami yang berkuasa. Aku hanya ingin hidup tenang bersama keluarga kecilku di sebuah rumah sederhana yang penuh cinta tanpa harus memikirkan banyak masalah, selalu berpindah-pindah sejak kecil mengikuti orang tua yang menjadi sasaran para penjahat membuatku lelah. Aku benar-benar hanya ingin hidup dengan tenang seperti kebanyakan orang normal lainnya Noah, tapi semua harapanku itu kini hancur. Alan Knight Clarke merusak semuanya dengan mudah dan sekarang ia memenjarakanku di tempat ini, betapa menyedihkannya nasibku,"ucap Anne lirih dengan suara parau, ia terlihat sekali menahan diri agar tak menangis.      

"Nona…"     

"Ya sudahlah, tak usah dibahas lagi. Aku mungkin sudah ditakdirkan hidup dengan cara seperti ini oleh Tuhan, jadi nikmati saja. Kalau memang sudah tidak kuat tinggal melambaikan tangan saja ke atas dan meminta-Nya untuk segera menjemputku,"imbuh Anne kembali memotong perkataan Noah sambil tersenyum.     

Jantung Noah berpacu sangat cepat mendengar ucapan terakhir Anne, wajahnya juga menjadi sepucat kertas saat Anne menyinggung soal minta dijemput oleh Tuhan.      

Karena matahari semakin tinggi Anne pun memilih untuk segera pergi dari hadapan Noah, rasa lapar yang menyiksa dirinya itu akhirnya sedikit terobati setelah memakan 3 lembar pancake original dan setengah gelas almond milk. Anne masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Noah sendirian, sepeninggal istri tuan mudanya itu Noah nampak belum beranjak dari tempat duduknya. Kata-kata yang keluar dari bibir Anne masih teringat dengan jelas dalam benaknya saat ini, ia benar-benar bingung dengan pola pikir Anne.      

Anne terus berjalan menyusuri ruangan-ruangan besar di kediaman keluarga Clarke, sampai akhirnya langkah kakinya terhenti ketika tiba di sebuah perpustakaan yang berisi banyak buku. Tanpa pikir panjang Anne lalu masuk ke dalam ruangan itu dan meraih beberapa buku yang menurutnya menarik dan membawanya ke sebuah sofa untuk dibaca, tak ada seorang pun yang tahu Anne ada di ruangan itu.     

Tuan David Clarke yang baru bangun memilih untuk makan pagi berdua bersama Luis, ia tak mau mengganggu sang cucu yang baru menikah itu.      

"Setelah makan antar aku ke makam istriku Luis, sudah hampir satu bulan aku tak kesana,"ucap tuan David Clarke pelan saat menyeka bibirnya dengan sapu tangan.      

"Siap Tuan."     

"Aku tak mau mengganggu Alan dan Anne, biarkan saja mereka menikmati waktunya berdua,"imbuh tuan David Clarke kembali, ia berharap sekali semoga Anne segera memberikan penerus untuk keluarganya. Karena itulah tuan David Clarke tak mau mengganggu cucunya.      

Luis yang mengerti kemana arah pembicaraan sang tuan hanya tersenyum, ia tak berkomentar apapun selain mengiyakan permintaan tuannya yang ingin mengajaknya pergi ke makam Yolanda Cindy Clarke. Satu-satunya wanita yang dicintai oleh seorang David Clarke, meskipun saat istrinya itu meninggal di usia yang masih muda namun kala itu David Clarke bersumpah tak akan menikah lagi. Ia terlalu mencintai istrinya sehingga ia hanya memiliki satu anak saja yaitu Calvin Jonathan Clarke buah cintanya dengan sang istri, putra kesayangannya. Padahal saat itu banyak sekali wanita-wanita cantik yang bersedia untuk menjadi istrinya, namun David Clarke dengan tegas menolak mereka dan mengatakan tidak akan pernah menikah lagi. Baginya cintanya hanya untuk Yolanda saja sampai akhir hayatnya, seperti sumpah setia yang ia ucapkan saat mereka menikah.      

Setelah selesai makan pagi Luis pun memerintahkan anak buahnya untuk bersiap pergi ke makam mendiang sang nyonya besar, yang berada di sebuah komplek makam khusus yang sudah di renovasi besar-besaran tuan David Clarke. Sehingga makam itu saat ini sangat indah dan menjadi salah satu tujuan wisata para turis asing, kesan menyeramkan pada makam tua itu pun kini sudah hilang.      

Alan akhirnya terbangun saat matahari sudah hampir tinggi, setelah tidur sakit kepalanya karena mabuk hilang.     

"Dasar Tyrex sialan, tunggu saja pembalasanku nanti. Kau pasti akan membayar mahal atas tindakanmu tadi malam,"ucap Alan kesal mengutuk Brandon Rex yang sudah membuatnya mabuk.      

Alan pun akhirnya menyadari kalau ia berada seorang diri di kamar pengantinnya saat ini, tak ada sosok Anne yang sudah menjadi istrinya itu bersamanya. Seketika amarah Alan pun datang, ia masih mengingat jelas bagaimana tadi malam istrinya itu menyebut nama pria lain dalam tidurnya.      

"Aku harus bertanya langsung kepada Anne siapa Jack, dia harus tahu posisinya saat ini,"ucap Alan dingin penuh emosi.      

Karena masih memakai kemeja pernikahannya Alan pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu di kamar mandi, sebelum pergi keluar mencari sang istri. Meskipun seluruh tubuhnya tersiram air dingin dari shower namun api yang menyala di dalam diri Alan masih berkobar, rasa cemburunya begitu besar saat mendengar Anne menyebut nama pria lain dalam tidurnya. Dan bukan hanya sekali Anne menyebut nama pria itu, sehingga saat ini Alan benar-benar marah.      

"Kau baru satu hari jadi istriku Anne, tapi beraninya kau memimpikan pria lain. Kau adalah istriku Anne... seharusnya aku yang kau…"     

Ucapan Alan tiba-tiba terhenti saat ia berhasil mengingat sebuah nama yang Anne sebut, saat ia berhasil merebut kesucian wanita yang kini menjadi istrinya satu minggu yang lalu itu.     

"Jadi nama pria itu adalah Jack...fuck!!! Kau milikku Anne, tak boleh ada pria lain dihatimu,"ucap Alan penuh emosi.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.